Minggu, 21 Oktober 2012

Tanaman Bawang Merah



Menurut Samadi dan Cahyono (2005) dalam ilmu tumbuhan, tanaman bawang merah di klasifikasikan sebagai berikut:
Divisi           :    Spermatophyta
Subdivisi      :    Angiospermae
Class            :    Monocotyledonae
Ordo            :    Liliales
Famili           :    Liliaceae
Genus           :    Alium
Spesises        :    Alium ascalonicum L.
Bawang  merah termasuk jenis tanaman semusim (berumuran pendek) dan berbentuk rumpun.  Tinggi tanaman berkisar antara 15-50 cm, berbatang semu, berakar serabut yang berkembang di sekitar permukaan tanah, dan perakarannya dangkal, sehingga bawang merah tidak tahan terhadap kekeringan.  Daunnya berwarna hijau berbentuk bulat, memanjang seperti pipa, dan bagian ujungnya meruncing.  Daun yang baru bertunas belum tampak lubang di dalamnya, dan baru kelihatan setelah tumbuh membesar.  Pada cakram (discus) di antara lapis kelopak daun terdapat tunas lateral atau anakan, sementara di tengah cakram adalah tunas utama (inti tunas).  Di lingkungan yang cocok tunas-tunas lateral akan membentuk cakram baru sehingga terbentuk umbi lapis.  Sedangkan tunas utama (tunas apical) yang tumbuh lebih dulu, kelak menjadi bakal bunga (primordial bunga).  Keadaan ini menunjukkan bahwa tanaman bawang merah bersifat merumpun.  Setiap umbi yang tumbuh dapat menghasilkan sebanyak 2-20 tunas baru dan akan tumbuh berkembang menjadi anakan yang masing-masing juga menghasilkan umbi (Samadi dan Cahyono, 2005).
Bawang merah memang berbeda dengan bawang putih.  Daunnya hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa.  Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak.   Ada juga yang daunnya membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daunnya, warna hijau muda.  Kelopak-kelopak daun sebelah luar selalu melingkar dan menutup daun yang ada di dalamnya.  Demikian juga seterusnya sehingga jika dipotong melintang di bagian ini akan terlihat lapisan-lapisan yang berbentuk cincin (Wibowo, 2007).
Bawang merah memiliki umbi lapis yang bervariasi, ada yang berbentuk bulat, ada yang bundar seperti gasing terbalik sampai pipih, ukuran umbi ada yang besar, sedang dan kecil.   Warna kulit umbi ada yang putih, kuning, merah muda, hingga merah tua, ataupun merah keunguan (Jaelani, 2007)
Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah.  Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar.  Diameter bervariasi antara 5-25 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004).
Untuk memperoleh tumbuhan yang ideal, tanaman bawang merah harus didukung dengan perakaran yang banyak.  Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok (primary root) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif (adventitious root) dan bulu akar untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat-zat hara dalam tanah.  Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih, dan jika di remas berbau menyengat seperti bau bawang merah (Pitojo, 2003)
Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan tanaman, berbentuk seperti cakram (discus), beruas-ruas, dan diantara ruas-ruas terdapat kuncup-kuncup.  Bagian bawang cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah.  Pangkal dan sebagian tangkai daun menebal, lunak, dan berdaging yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan (Pitojo, 2003).
Pada dasarnya bawang merah dapat membentuk bunga tetapi biasanya sulit menghasilkan biji.  Meski demikian, tidak semua bawang merah dapat menghasilkan bunga, terutama jika kondisi lingkungannya tidak memungkinkan untuk pembentukan bunga.
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga.  Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan di bagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya.  Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm.  Sedangkan kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek, antara 0,2-0,6 cm (Wibowo, 2007)
Memang, tidak sembarang tempat bawang merah dapat tumbuh baik dan memberikan hasil yang memuaskan. Ada beberapa persyaratan atau tuntutan untuk dipenuhi, sekurang-kurangnya diusahakan untuk dipenuhi. Salah satunya yang penting adalah ekologinya.  Hal ini terasa menjadi lebih menonjol karena banyak kegagalan budidaya bawang merah yang disebabkan karena tidak cocoknya lingkungan.
Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan cuaca cerah.  Daerah yang sering berkabut kurang baik untuk bawang merah dan sering menimbulkan bencana penyakit.  Angin yang  kencang juga kurang baik demikian juga dengan tempat yang terlindung dan teduh (Wibowo, 2007).
Pada umumnya, bawang merah tumbuh baik di dataran rendah karena untuk membentuk umbi memerlukan suhu yang tinggi.   Suhu ideal sekitar 23-32o C. di bawah suhu 23o C, tanaman bawang merah menghasilkan sedikit umbi, bahkan dapat tidak terbentuk umbi.  Kebutuhan sinar matahari untuk pertumbuhan bawang merah 100%, artinya tanaman tidak terlindung.  Penyinaran yang semakin lama akan semakin baik untuk pertumbuhan.   Maksudnya, lama penyinaran 15 jam lebih baik bila dibandingkan dengan lama penyinaran yang hanya 10 jam (Pracaya, 2007).
Berbeda dengan bawang putih yang baik ditanam di dataran tinggi yang bersuhu sejuk, bawang merah justru tidak baik pada tempat yang demikian. Pertumbuhan tanaman maupun umbinya baik pada ketinggian 10-250 m dpl. Tetapi yang terbaik adalah pada ketinggian 30 m dpl, yang berarti pada dataran rendah.   Pada ketinggian 800 sampai 900 m dpl juga dapat tumbuh namun pada ketinggian itu yang berarti suhunya rendah pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik (Wibowo, 2007)
 Bawang merah tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik, contohnya tanah lempung berpasir atau lempung berdebu.   Pada tanah aluvial dan latosol yang berpasir dapat pula ditanam bawang merah.  Yang penting jenis tanah tersebut harus mempunyai struktur remah dan keadaan air tanahnya tidak menggenang (stagnasi).  Oleh karena itu pada daerah lahan yang sering tergenang atau daerah lahan yang becek harus dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik.  Derajat keasaman (pH) tanah yang baik adalah antara 5,5-6,5.  Beberapa sumber lain mengatakan bahwa pH tanah yang baik untuk tanaman bawang merah antara 6-7 (Firmanto, 2011).

1 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus