Lalat buah termasuk ordo ditera
family Tephritidae yaitu terdiri dari
sekitar 4000 sp, terbagi dalam 500 genera (genus) Famili ini merupakan
family terbesar dalam ordo dipteral dan merupakan
salah satu family yang sangat penting karena sangat merugikan (Soeroto et al,
1995).
Menurun Pracaya (1999), Tephritidiae berasal dari bahasa yunani kuno tripetes
yang artinya gurdi. jara atau bor, disebut demikian karena adanya ovipositor
pada lalat betina. Lalat ini juga disebut lalat Asia, tersebar dari Pakistan,
India, Asia Tenggara, Taiwan, Australia Utara sampai tersebar ke California. Selama
ini identifikasi, lalat buah yang terdapat di Asia-Pasifik sebagai Dacus spp.
Namun menurut klasifikasi terakhir yang dilakukan oleh Drew (1994), menunjukan
bahwa lalat buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah Bactrocera spp.
Perbedaan Prinsip antara Bactrocera dengan Dacus adalah sebagai berikut :
Dacus berasal dari Afrika, dan bagian abdomennya bersatu (tergit/segmen/ruas
tidak terpisah). sedangkan Bactrocera
berasal dari Asia- pasifik, hanya beberapa spesies yang ditemukan di Afrika,
bagian abdomennya tidak bersatu (tergit/segmen/ruas terpisah). Umumnya
Bactrocera spp.di dalam buah-buahan tropis dan subtropis (Soeroto et al, 1995).
Di lndonesia lalat buah sebagai hama telah diketahui sejak tahun1920 dan
dilaporkan pada tanaman mangga di Jawa. Pada tahun 1938 dilaporkan bahwa lalat
buah telah menyerang lombok (cabai), kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing
dan sawo (Soeroto et al, 1995 ). Sampai-saat ini telah teridentifikasi lebih
dari 66 spesies lalat buah (Asastro, 1992).
Menurut Pusat Karantina Pertanian(1983), di Indonesia terdapat. beberapa
spesies lalat Buah yang telah diketahui tanaman inangnya yaitu 1)Bactrocera
dorsalis H. menyerang lebih dari 20 jenis buah-buahan, diantaranya pisang
belimbing, mangga jeruk, jambu, pisang susu, pisang raja dan cabai merah. 2) B.
Cucurbitaceae C. menyerang mentimun ,melon serta tanaman dan, famili
Cucurbitaceae. 3) B. umbrosa F. menyerang nangka dan cempedak dan 4) B. caudate
F. menyerang beberapa tanaman famiry cucurbitaceae.
Menurut Putra (1997) lalat buah mengalamiperubahan bentuk tubuh atau
metamorphosis secara sempurna (Holometabola) yaitu mulai stadia telur, larva,
pupa dan imago dalam satu siklus hidupnya. Telur lalat buah berbentuk bulat
panjang, warnanya putih, ukurannya 1-2 mm dan lebarnya 0,2 mm serta jumlah
telur sekitar 15 butir. Telur diletakkan.secara berkelompok 2-15 butir. Lalat
buah biasanya meletakan telur 1-40 butir/hari. Satu ekor betina B. dorsalis
dapat menghasilkan telur 1200-1500Butir.
Lalat buah betina pada saat oviposisi mencari buah yang sesuai untuk meletakan
telur dengan bantuan indera penciuman dan penglihatan. Dalam keadaan lingkungan
yang baik, setelah 2 hari telur yang diletakkan di dalam buah akan menetas
menjadi larva (Soeroto et al, 1995).
Larva lalat buah bewarna putih berbentuk bulat panjang 5-10mm, dengan
ekor runcing vang hidup di dalam daging buah. Lawa mengalami ganti sebanyak
tiga kali, larva hidup di dalam buah 6-10 hari setelah telur (Djatmiadi dar'
Djatmika, 2001). Kepala larva lalat buah runcing dengan dua bintik hitam yang
jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai tiga ruas thoraks, delapan ruas
abdomen. Larva instar ketiga berkembang maksimum dengan ukuran 7 mm yang akan
membuat lubang untuk meloncat dan melenting dari buah, masuk kedalam tanah dan
menjadi pupa di dalam tanah (Soeroto et al,1995).
Pupa berbentuk silindris, panjangrya 4,8-5 mm, lebar 1,6-1,9 mm. Puparium
awalnya bewarna putih kemudian berubah menjadi kekuning- kuningan dan akhirnya
menjadi coklat kemerahan. Pupa berada dibawah permukaan tanah sekitar 2-3 cm,
setelah 6-13 hari pupa menjadi lalat atau imago (Djatmiadi dan Djatmika, 2001).
Imago berukuran rata-rata panjang 0,7 cm dan lebar 0,3 cm. Thorax bewarna
orange, merah kecoklatan, coklat atau kehitaman. Biasanya B. dorsalis kompleks
terdapat dua garis membujur dan sepasang sayap transparan . Pada ujung abdomen
lalat betina lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang
cukup kuat untuk menembus kulit buah, sedangkan lalat jantan abdomennya lebih
bulat (Soeroto et al, 1995).
Lalat mempunyai dua pasang sayap dan sayap yang berkembang adalah sayap
bagian depan . Sayap belakang mengecil dan berubah bentuk menjadi alat
keseimbang yang disebut halter. Pada permukaannya terdapat bulu halus yang berfungsi sebagai indra penerima
ransangan dari lingkungan terutama kekuatan aliran udara ( Putra, 1997). Lalat
termasuk serangga yang kuat terbang, lalat jantan mampu terbang 6,4-24 km,
jarak tersebut dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin (Soeroto et al, T995).
Kelansungan hidup lalat buah sangat di pengaruhi temperatur, cahaya,
makanan dan musuh alami. Kelembaban ,relatife sangat berpengaruh terhadap keperidian
lalat buah betina dan meningkatkan mortalitas imago yang baru keluar dari pupa.
Kelembaban relatif yang terlalu tinggi (95-100%) sering mengurangi laju
peletakan telur, suhu berpengaruh pada perkembangan lalat buah dan perilaku
makan (Bateman, 1972). Lingkungan dengan 25-300C merupakan kondisi yang baik
untuk perkembangabiak (Nawangsih et aL,2002).
Proses pemilihan inang oleh lalat briah terjadi melalui indera
penglihatan (visual), penciuman, perasa dan peraba. Lalat buah mendeteksi
senyawa-senyawa sekunder yang khas dan zat makanan dalam inang (Bateman, 1972).
Lalat buah memiliki indera penciuman, sehingga dapat mengenali bau tiap-tiap
buah melalui aroma atau ekstraksi-ekstraksi ester dan asam organic yang
mengundang lalat buah betina untuk datang dan bertelur ( Kalie, 1992). Bila
buah menjelang masak bewarna kuning maka mulai lalat betina mengenali inangnya
untuk bertelur (Soeroto et al, 1995). Ditambahkan
oleh Setiadi (1995), lalat tidak hanya menyerang buah tua saja, tapi juga menyelang
daun muda.
Setelah lalat menemukan inangnya, alat peletak telur (ovipositor), yang berada
diruas belakang abdomen ditusukkan menembus kedalam buah dan membuat semacam rongga.
Noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor ini merupakan gejala serangan awal
lalat buah, akibaf dari gangguan larva, dan kemudian bercak tersebut berkembang
menjadi bercak coklat di sekitar titik tersebut (Soeroto et al, 1995). Luka
berupa titik apabila di belah, daging buah membusuk dan ada belatung yang
merupakan larva lalat buah (Suryanto 1994).
Lalat buah dapat dikendalikan dengan berbagai cara seperti pembungkusan,
sanitasi lingkungan, penggunaan perangkap dan antraktan (pemikat), penggunaan
tanaman perangkap, eradikasi dan perlakuan pasca panen (Soeroto et al, 1995).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar