Minggu, 21 Oktober 2012

Kompos (Pupuk Hijauan Rumputan)



Kompos adalah bahan organik mentah yang telah mengalami proses dekomposisi secara alami.  Proses pengomposan memerlukan waktu yang panjang tergantung pada biomassanya.  Percepatan waktu pengomposan dapat ditempuh melalui kombinasi pencacahan bahan baku dan pemberian aktivator dekomposisi (Goenardi, 1997 ; Susanto 2002) mengemukakan bahwa dengan kompos sifat fisik, kimia, dan biologi tanah menjadi lebih baik.
            Keunggulan kompos antara lain dapat menguragi kepekatan dan kepadatan tanah, meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air dan menciptakan kombinasi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad renik dan mikroba tanah yang dapat meningkatkan kesuburan tanah (Yuwono, 2008).
            Kompos hijauan merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa hasil pertanian terdiri dari daun-daunan, kulit biji (kopi, coklat, serabut kelapa), jerami, urine ternak, sisa makanan ternak, batang, ranting, daun-daun yang jatuh, sampah pasar, tanaman yang hidupnya dianggap sebagai tanaman pengganggu khususnya jenis rumput-rumputan kesemuanya dapat dijadikan kompos (Dwi, 2009).
Terdapat dua mekanisme pengomposan yaitu, pengomposan secara aerobik dan anaerobik.  Pada pengomposan aerobik, mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan sangat membutuhkan oksigen dan air untuk perombak bahan organik, sedangkan proses pengomposan anaerobik berjalan tanpa adanya oksigen dengan wadah tertutup sehingga tidak ada udara yang masuk (Simamora dan Salundik, 2006).
Pembuatan kompos tradisional membutuhkan waktu yang cukup lama, lebih kurang 4 bulan, hal ini menyebabkan pengunduran jadwal tanam sehingga petani merugi, sekarang telah ditemukan cara untuk mempercepat proses pengomposan dengan pemakaian efektifitas mikrooorganisme 4 (EM4)  Asyearni (2002).  EM4 merupakan kultur campuran sebagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri asam laktat, bakteri fotosintetik, bakteri ascomycetes, streptomycetes, ragi) merupakan selulosa yang dapat mengubah bahan organik menjadi senyawa organik yang mudah tersedia dan diserap oleh akar tanaman (Marsono dan Paulus, 2008).   
 Kompos yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut (a).  Bewarna coklat tua hingga mirip warna tanah, (b).  Tidak larut dalam air, (c).  Nisbah C/N sebesar 10-20 tergantung dari bahan pembentuknya, (d).  Berefek baik jika diaplikasikan ke tanah, (e).  Suhu kompos kurang lebih sama dengan suhu tanah, (f).  Tidak berbau, (g).  Strukturnya remah tidak menggumpal (Isroi, 2008).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar