Minggu, 21 Oktober 2012

Lalat Buah



Lalat buah  termasuk ordo ditera family Tephritidae yaitu terdiri dari  sekitar 4000 sp, terbagi dalam 500 genera (genus) Famili ini merupakan family  terbesar dalam ordo dipteral dan merupakan salah satu family yang sangat penting karena sangat merugikan (Soeroto et al, 1995).
Menurun Pracaya (1999), Tephritidiae berasal dari bahasa yunani kuno tripetes yang artinya gurdi. jara atau bor, disebut demikian karena adanya ovipositor pada lalat betina. Lalat ini juga disebut lalat Asia, tersebar dari Pakistan, India, Asia Tenggara, Taiwan, Australia Utara sampai tersebar ke California. Selama ini identifikasi, lalat buah yang terdapat di Asia-Pasifik sebagai Dacus spp. Namun menurut klasifikasi terakhir yang dilakukan oleh Drew (1994), menunjukan bahwa lalat buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah Bactrocera spp.
Perbedaan Prinsip antara Bactrocera dengan Dacus adalah sebagai berikut : Dacus berasal dari Afrika, dan bagian abdomennya bersatu (tergit/segmen/ruas tidak terpisah).  sedangkan Bactrocera berasal dari Asia- pasifik, hanya beberapa spesies yang ditemukan di Afrika, bagian abdomennya tidak bersatu (tergit/segmen/ruas terpisah). Umumnya Bactrocera spp.di dalam buah-buahan tropis dan subtropis (Soeroto et al, 1995).
Di lndonesia lalat buah sebagai hama telah diketahui sejak tahun1920 dan dilaporkan pada tanaman mangga di Jawa. Pada tahun 1938 dilaporkan bahwa lalat buah telah menyerang lombok (cabai), kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing dan sawo (Soeroto et al, 1995 ). Sampai-saat ini telah teridentifikasi lebih dari 66 spesies lalat buah (Asastro, 1992).
Menurut Pusat Karantina Pertanian(1983), di Indonesia terdapat. beberapa spesies lalat Buah yang telah diketahui tanaman inangnya yaitu 1)Bactrocera dorsalis H. menyerang lebih dari 20 jenis buah-buahan, diantaranya pisang belimbing, mangga jeruk, jambu, pisang susu, pisang raja dan cabai merah. 2) B. Cucurbitaceae C. menyerang mentimun ,melon serta tanaman dan, famili Cucurbitaceae. 3) B. umbrosa F. menyerang nangka dan cempedak dan 4) B. caudate F. menyerang beberapa tanaman famiry cucurbitaceae.
Menurut Putra (1997) lalat buah mengalamiperubahan bentuk tubuh atau metamorphosis secara sempurna (Holometabola) yaitu mulai stadia telur, larva, pupa dan imago dalam satu siklus hidupnya. Telur lalat buah berbentuk bulat panjang, warnanya putih, ukurannya 1-2 mm dan lebarnya 0,2 mm serta jumlah telur sekitar 15 butir. Telur diletakkan.secara berkelompok 2-15 butir. Lalat buah biasanya meletakan telur 1-40 butir/hari. Satu ekor betina B. dorsalis dapat menghasilkan telur 1200-1500Butir.
Lalat buah betina pada saat oviposisi mencari buah yang sesuai untuk meletakan telur dengan bantuan indera penciuman dan penglihatan. Dalam keadaan lingkungan yang baik, setelah 2 hari telur yang diletakkan di dalam buah akan menetas menjadi larva (Soeroto et al, 1995).
Larva lalat buah bewarna putih berbentuk bulat panjang 5-10mm, dengan ekor runcing vang hidup di dalam daging buah. Lawa mengalami ganti sebanyak tiga kali, larva hidup di dalam buah 6-10 hari setelah telur (Djatmiadi dar' Djatmika, 2001). Kepala larva lalat buah runcing dengan dua bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai tiga ruas thoraks, delapan ruas abdomen. Larva instar ketiga berkembang maksimum dengan ukuran 7 mm yang akan membuat lubang untuk meloncat dan melenting dari buah, masuk kedalam tanah dan menjadi pupa di dalam tanah (Soeroto et al,1995).
Pupa berbentuk silindris, panjangrya 4,8-5 mm, lebar 1,6-1,9 mm. Puparium awalnya bewarna putih kemudian berubah menjadi kekuning- kuningan dan akhirnya menjadi coklat kemerahan. Pupa berada dibawah permukaan tanah sekitar 2-3 cm, setelah 6-13 hari pupa menjadi lalat atau imago (Djatmiadi dan Djatmika, 2001).
Imago berukuran rata-rata panjang 0,7 cm dan lebar 0,3 cm. Thorax bewarna orange, merah kecoklatan, coklat atau kehitaman. Biasanya B. dorsalis kompleks terdapat dua garis membujur dan sepasang sayap transparan . Pada ujung abdomen lalat betina lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah, sedangkan lalat jantan abdomennya lebih bulat (Soeroto et al, 1995).
Lalat mempunyai dua pasang sayap dan sayap yang berkembang adalah sayap bagian depan . Sayap belakang mengecil dan berubah bentuk menjadi alat keseimbang yang disebut halter. Pada permukaannya terdapat bulu  halus yang berfungsi sebagai indra penerima ransangan dari lingkungan terutama kekuatan aliran udara ( Putra, 1997). Lalat termasuk serangga yang kuat terbang, lalat jantan mampu terbang 6,4-24 km, jarak tersebut dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin (Soeroto et al, T995).
Kelansungan hidup lalat buah sangat di pengaruhi temperatur, cahaya, makanan dan musuh alami. Kelembaban ,relatife sangat berpengaruh terhadap keperidian lalat buah betina dan meningkatkan mortalitas imago yang baru keluar dari pupa. Kelembaban relatif yang terlalu tinggi (95-100%) sering mengurangi laju peletakan telur, suhu berpengaruh pada perkembangan lalat buah dan perilaku makan (Bateman, 1972). Lingkungan dengan 25-300C merupakan kondisi yang baik untuk perkembangabiak (Nawangsih et aL,2002).
Proses pemilihan inang oleh lalat briah terjadi melalui indera penglihatan (visual), penciuman, perasa dan peraba. Lalat buah mendeteksi senyawa-senyawa sekunder yang khas dan zat makanan dalam inang (Bateman, 1972). Lalat buah memiliki indera penciuman, sehingga dapat mengenali bau tiap-tiap buah melalui aroma atau ekstraksi-ekstraksi ester dan asam organic yang mengundang lalat buah betina untuk datang dan bertelur ( Kalie, 1992). Bila buah menjelang masak bewarna kuning maka mulai lalat betina mengenali inangnya untuk bertelur (Soeroto et al, 1995).  Ditambahkan oleh Setiadi (1995), lalat tidak hanya menyerang buah tua saja, tapi juga menyelang daun muda.
Setelah lalat menemukan inangnya, alat peletak telur (ovipositor), yang berada diruas belakang abdomen ditusukkan menembus kedalam buah dan membuat semacam rongga. Noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor ini merupakan gejala serangan awal lalat buah, akibaf dari gangguan larva, dan kemudian bercak tersebut berkembang menjadi bercak coklat di sekitar titik tersebut (Soeroto et al, 1995). Luka berupa titik apabila di belah, daging buah membusuk dan ada belatung yang merupakan larva lalat buah (Suryanto 1994).
Lalat buah dapat dikendalikan dengan berbagai cara seperti pembungkusan, sanitasi lingkungan, penggunaan perangkap dan antraktan (pemikat), penggunaan tanaman perangkap, eradikasi dan perlakuan pasca panen (Soeroto et al, 1995).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar